Selasa, 17 September 2013

FILOSOFI DHAPUR KERIS

TILAM UPIH

Dalam terminologi Jawa bermakna tikar yang terbuat dari anyaman daun untuk tidur. Diistilahkan untuk menunjukkan ketenteraman keluarga atau rumah tangga. Oleh karena itu banyak sekali pusaka keluarga yang diberikan secara turun-temurun dalam dapur Tilam Upih. Ini menunjukkan adanya harapan dari para sesepuh keluarga agar anak-cucunya nanti bisa memperoleh ketenteraman dan kesejahteraan dalam hidup 


DHAPUR JALAK NGORE

Keris Dapur Jalak Ngore secara umum merupakan simbolisasi Pencapaian kebahagiaan dan melepaskan dari segala permasalahan hidup (terkait dengan nafkah). Menurut pandangan orang Jawa mengenai burung sebagai berikut:

Kukila tumraping tiyang Jawi , mujudaken simbul panglipur, saget andayani renaning penggalih, satemah saget ngicalaken raos bebeg, sengkeling penggalih. Candra pasemonanipun: pindha keblaking swiwi kukila, ingkang tansah ngawe-ngawe ngupaya boga, kinarya anyekapi ing bab kabetahanipun. Dene kukila ingkang sampun pikanthuk ing bab kabetahanipun, kukila kala wau lajeng wangsul dhumateng tuk sumberipun, asal – usulipun, inggih punika wangsul dhateng susuhipun, ambekta kabetahaning gesangipun.

Terjemahan secara bebas :
Bagi orang Jawa, burung merupakan symbol pelipur duka, memberikan rasa senang dihati, menghilangkan rasa kejengkelan hati. Sedangkan gambaran sosoknya, dimana kepakan sayapnya melambai-lambai (Ngore) merupakan usaha dalam mencari pangan ( nafkah), untuk memenuhi kebutuhan. Burung yang telah mendapatkan pangan, kemudian pulang kembali ke sarangnya ( rumah dan keluarganya).Jalak merupakan burung piaraan dalam masyarakat Jawa yang mempunyai kepekaan tinggi terhadap lingkungannya dan sesuatu hal asing yang dijumpai (waspada). Dalam mencari makan, Burung Jalak mempunyai sifat saling menguntungkan ( tidak merugikan orang lain). Di sisi lain, jalak merupakan burung yang sangat setia terhadap pasangannya. Kata "Ngore" dapat berasal dari kata " Mudhar", yang berarti mengurai. Ngore mempunyai makna aktif bergerak melepaskan dari kesulitan / keruwetan/ dari setiap permasalahan secara teliti dan bertahap, hal ini juga berorientasi pada ketekunan.

Ricikan pada Dapur Jalak Ngore mempunyai makna sebagai berikut:
• Gandik polos merupakan simbol kekuatan,ketekunan dan rajin bekerja.
• Tikel Alis, merupakan simbol sifat manusia ada sisi baik dan buruk, keduanya harus dikendalikan. Dalam mencari nafkah, hendaknya selalu menimbang baik buruknya dan akibatnya terhadap martabat.
• Greneng, merupakan simbol "rasa" atau hati . Dalam menjalankan hidup segala sesuatu dilandasi dengan hati yang bersih dan baik prasangka.
• Sraweyan, merupakan simbol keluwesan. Dalam bekerja hendaknya menjaga keselarasan terhadap sesama, masyarakat, lingkungan, dan dapat beradaptasi dengan kebiasaan setempat. Sikap menghargai orang lain.
• Pijetan /Blumbangan, merupakan simbol keikhlasan hati dan kesabaran. Tidak ada yang disebut takdir, sebelum diawali dengan ikhtiar /usaha.

Ajaran Hidup Jalak Ngore merupakan ajaran dalam menjalani hidup. Jalani hidup dengan hati yang senang dan lapang seperti gambaran Burung Jalak yang sedang Ngore. Utamakan perbuatan yang baik (jawa:"dadya laku utama") selalu menjaga ketakwaan kepada Tuhan dan hubungan kepada keluarga, masyarakat serta lingkungannya (jawa: eling lan waspada). Dalam bekerja untuk mencari nafkah hendaknya berlaku jujur dan tidak merugikan orang lain. Setiap permasalahan/usaha harus dievaluasi secara teliti dan tekun (sapa sing temenbakal tinemu, sapa sing tatag lan teteg bakal tutug). Setiap permasalahan harus dihadapi dengan mengedepankan perasaan hati dan fikiran , ketimbang nafsu/emosi. Demikian pula pada piwulang: Alon – alon waton kelakon,Gliyak – gliyuk waton tumindak, yang berarti: meskipun pelan-pelan tapi mendapatkan hasil, tertatih-tatih tapi melaksanakan.
Untuk mencapai cita-cita dan tujuan , diperlukan kesungguhan, ketekunan, kewaspadaan dan kesabaran. Tidak ada orang sejahtera/kaya mendadak, semua harus dirintis dari bawah.



Salam Ajisaka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar